APA YANG SEDANG TERJADI?

© WWF-Indonesia/Ismu Widjaja

Sistem pangan secara global saat ini memiliki dampak negatif yang sangat besar pada lingkungan, ketahanan ekosistem dan keanekaragaman hayati, dan mengakibatkan kerugian ekonomi dan sosial pada petani skala kecil dan terutama masyarakat adat.

Pada tahun 2050 diprediksi populasi dunia akan mencapai 9 miliar dan permintaan pangan akan berlipat ganda dari tingkat konsumsi saat ini. Sementara luasan lahan pertanian dan luasan hutan yang menyediakan sumber pangan tidak bertambah, bahkan cenderung berkurang, karena perubahan fungsi.

Hilangnya keanekaragaman hayati, termasuk keragaman genetik, dan memudarnya pengetahuan tradisional terkait masyarakat adat dan lokal, akan melemahkan banyak sistem pertanian sehingga akan ada risiko serius bagi ketahanan pangan. Lebih sedikit varietas dan jenis tanaman dan hewan yang dibudidayakan saat ini untuk memenuhi kebutuhan pangan. Keanekaragaman tanaman pangan yang berkurang ini mengakibatkan melemahnya ketahanan ekosistem pertanian.

Bagaimana kita menghasilkan bahan pangan yang sehat dan bergizi untuk semua dan juga melindungi sumber pangan, alam dan keanekaragam hayati?

Perubahan pola konsumsi, produksi, bahkan distribusi sangat diperlukan untuk memastikan bahan pangan tersedia cukup bagi masyarakat saat ini dan untuk generasi selanjutnya. Perubahan yang seperti apa? Kita semua perlu mendorong perubahan dalam pola konsumsi dan pola produksi yang mendukung pangan yang lokal sehat adil dan lestari.

Aksi dan partisipasi Anda sangat diperlukan!

Sistem pertanian lokal yang dikembangkan oleh masyarakat adat dan masyarakat lokal, berdasarkan kearifan lokal, praktik terbaik, dan pasokan benih lokal, telah mampu memastikan ketahanan pangan dan mampu menjaga kesuburan tanah

Tanaman keanekaragaman hayati telah memainkan peran utama. Laki-laki dan perempuan telah menjadi penjaga agrobiodiversitas lokal. Dari abad ke abad agrobiodiversitas telah berperan penting dalam membangun keamanan, ketahanan, kemampuan beradaptasi, dan mengurangi kerentanan terhadap perubahan iklim dan kejadian cuaca lainnya.

Di banyak daerah pedesaan Indonesia, makanan sehari-hari tidak hanya berasal dari sawah dan kebun rumah yang dibudidayakan, tetapi juga tersedia di hutan, di danau dan sungai dan daerah yang masih alami lainnya.

Indonesia BISA memiliki ketahanan pangan di tahun 2050 bila kita menerapkan pola konsumsi, produksi dan distribusi yang berkelanjutan, PANGAN BIJAK!

© WWF-Indonesia/Cristina Eghenter